Sabtu, 24 Oktober 2015

Catatan Kecil Nyoman Manda Part 1



BIOGRAFI PENGARANG
nyoman manda
NOVEL IKENTUNG ULING LODTUNGKANG

Biografi pengarang adalah cerita tentang jalan hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain. Menulis biografi adalah menghadirkan kembali jalan seseorang berdasarkan sumber fakta-fakta yang telah dikumpulkan (Sumardjo, 1988:22), lebih lanjut dikatakan Sumardjo (1988:23) seseorang menulis biografi harus jelas, obyektif, dan tidak memuja atau meremehkan perbuatan seorang tokoh. Menurut Wellek dan Warren (1990: 82) Biografi pengarang penting artinya dalam proses pengkajian terhadap karya sastra, lebih-lebih dalam kajian terhadap sosiologi sastra. Penyebab utama lahirnya karya sastra adalah penciptanya sendiri, yaitu sang pengarang. Itulah sebabnya penjelasan tentang kepribadian dan kehidupan pengarang adalah metode tertua dan paling mapan dalam studi sastra. Dengan mengacu pada pendapat-pendapat yang telah dipaparkan di atas maka biografi Novel  IKUL(I Kentung Uling Lodtungkang) dapat dilihat dari beberapa bagian yakni : riwayat hidup pengarang, riwayat kepengarangan dan hasil-hasil karya dan pengarang itu sendiri.

2.1. Riwayat  Hidup Pengarang
I Nyoman Manda merupakan anak dari I Wayan Dadi dan Ni Ketut Puri keduanya telah almarhum. I Nyoman Manda dilahirkan di Banjar Pasdalem, Gianyar pada tanggal 14 April 1938. Ayahnya, I Wayan Dadi yang selama hidupnya bekerja sebagai polisi Belanda dilahirkan pada tahun 1906 sedangkan Ibunya Ni Ketut Puri berasal dari Cemenggaon, Gianyar. Kakeknya bernama Wayan Gejer dan Neneknya bernama Wayan Rati berasal dari Banjar Teges, Gianyar. I Nyoman Manda merupakan anak ke tiga dari delapan bersaudara tetapi saudaranya Wayan dan Made telah meninggal saat masih bayi begitu pula dengan adiknya yang bernama I Ketut Sada. Sekarang saudaranya hanya empat yaitu Wayan Bila, Made Rosi, Nyoman Sujana dan Ketut Ari. I Nyoman Manda juga memiliki dua ibu tiri yaitu Made Rembin (mempunyai seorang anak Made Kari) dan Wayan Suken dari Sengguan, Gianyar.
Semasa kecil I Nyoman Manda tinggal bersama keluarganya di desa kelahirannya Pasdalem. Saat itu I Nyoman Manda senang bermain di sawah bersama teman-temannya meskipun ia bukan seorang anak petani. Kegiatannya pada masa itu sama seperti anak-anak lainnya mandi di sungai, mencari capung, mengembala itik. Masa anak-anak yang tidak terlupakan itu ia tuangkan dalam sebuah novel anak-anak yang berjudul “I Kentung Uling Lodtungkang”. Novel tersebut menceritakan tentang seorang anak petani yang tekun dan giat bekerja membantu orang tuanya.
Ketika mengenal dunia sekolah, I Nyoman Manda bersekolah di SR II Cangkir Tegal Tugu Gianyar pada tahun 1946 hingga tahun 1952. Setetah tamat SR I Nyoman Manda melanjutkan bersekolah di SMN Gianyar (cikal bakal SMP Negeri 1 Gianyar) hingga tahun 1955. Sesudah menyelesaikan sekolah di SMN Gianyar kemudian ia melanjutkan di SMA Negeri Singaraja. I Nyoman Manda melanjutkan ke SMA Singaraja karena mengikuti ayahnya yang dipindahtugaskan ke Singaraja. Setamat dari SMA Singaraja ia melanjutkan ke B1 Bahasa Indonesia di Singaraja. I Nyoman Manda menamatkan pendidikannya di B1 Bahasa Indonesia di Singaraja pada tahun 1961 kemudian I Nyoman Manda langsung mendapat tugas sebagai guru di SGA Negeri di Selong, Lombok Timur selama tiga tahun sampai tahun 1964. Pada tahun 1990 I Nyoman Manda meraih gelar sarjana S1 di Universitas Terbuka.
Setelah selama tiga tahun mengabdi sebagai guru di Lombok, I Nyoman Manda kembali ke Bali pada tahun 1964, pada saat itu pula I Nyoman Manda menikah dengan Made Seruti yang bekerja sebagai guru TK di Gianyar dan terakhir bekerja di kantor badan Pembelian Padi(semacam Bulog). Setelah berkeluarga I Nyoman Manda tinggal di Jalan Majapahit Gang Gunung Agung IV, Banjar Teges Gianyar. Pernikahannya dengan Made Seruti dikarunia tiga orang anak. Anaknya yang pertama bernama Gede Palgunadi seorang sarjana tamatan Universitas Airlangga jurusan Hubungan Internasional (HI). Drs Gde Palgunadi kawin dengan Drg Ayu Rini Anaknya yang kedua bernama Kadek Pramesti Dewi sarjana tamatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana kawin dengan Dr Nyoman Rudi Susanta Spog. dari desa Kamasan Kelungkung Anaknya yang ketiga bernama Ni Komang Tri Anggreni seorang sarjana Fakultas Hukum Universitas Udayana dan kawin dengan dr Wayan Adi dari Tegalinggah Gianyar.
Pada tahun 1964 I Nyoman Manda mengajar di SMA 1 Gianyar sampai tahun 1986, kemudian ia diangkat menjadi kepala sekolah di SMA 3 Sukawati. I Nyoman Manda menjabat sebagai kepala sekolah di SMA 3 Sukawati selama 9 tahun. Pada tahun 1995 ia dipindahkan kembali ke SMA 1 Gianyar sebagai kepala sekolah. Setelah 38 tahun mengabdi sebagai guru, I Nyoman Manda pensiun pada tahun 1998. ketika menjadi seorang guru I Nyoman Manda tidak hanya mengajar 1 mata pelajaran saja meskipun ia tamatan bahasa Indonesia. I Nyoman Manda sempat mengajar agama, kesenian, serta bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Jerman. Kemampuan berbahasa asing ini membawa berkah bagi I Nyoman Manda karena dengan begitu ia dapat mengambil pekerjaan sampingan sebagai guide free lance di daerah Ubud. Pekerjaan sebagai guide dijalani karena penghasilan sebagai seorang guru dirasakan belum bisa memenuhi kebutuhan keluarganya.
Pada tahun 1966 hingga tahun 1977 I Nyoman Manda juga sempat menjabat sebagai anggota DPRD tingkat II Gianyar. Di samping itu pada tahun 1971 hingga tahun 1977 ia juga sempat menjabat sebagai ketua KNPI Gianyar. Tahun 1974 I Nyoman Manda sempat pula bekerja sebagai koresponden surat kabar Suara Karya serta ia juga menulis di Surat Kabar Merdeka, Angkatan Bersenjata, Bali Post dan Simponi. Ketika pensiun sebagai guru, I Nyoman Manda tetap menulis dan bersama-sama teman sastrawan lain seperti Djelantik Santha, Made Suarsa, Samar Gantang, Made Sanggra (almarhum) serta sastrawan-sastrawan muda lainnya sebagai redaktur majalah Canang Sari. Di samping itu I Nyoman Manda juga menjadi salah satu editor dan penulis di Bali Post dalam rubrik khusus berbahasa Bali yang berjudul Bali Orti serta sebagai pengasuh Majalah Satua yang memuat kumpulan cerpen berbahasa Bali.
Untuk menghapus perasaan penatnya ketika menulis, I Nyoman Manda mengisi waktunya dengan berkebun di rumahnya. Berbagai tanaman hias menghiasi halaman rumahnya terutama anggrek dan adenium. Di samping mengisi waktunya dengan berkebun, I Nyoman juga sering menghibur diri dengan bercanda dan bersenda gurau bersama cucu-cucunya.
2.2  Riwayat Kepengarangan
Dalam dunia kesusastraan Bali Modern tidak dapat dipungkiri I Nyoman Manda merupakan sastrawan Bali yang produktif. I Nyoman Manda dapat menghasilkan kurang lebih 2 sampai 5 buku dalam setiap tahunnya baik berupa kumpulan cerpen, novel serta karya-karya lainnya. Ketertarikannya menulis tidak lepas dari perhatiannya yang cukup besar terhadap kesusastraan Bali dan kegemarannya membaca. Bakat I Nyoman Manda dalam bidang sastra terlihat ketika memasuki masa SMA. Saat itu tulisannya banyak dimuat pada majalah dinding sekolah. Baru setelah diangkat menjadi guru SGA Negeri Selong Lombok Timur, I Nyoman Manda mulai berani mementaskan drama yang ditulisnya di sekolah dan ketika perayaan ulang tahun kabupaten Lombok Timur.
Ketika dipindahkan ke SMA Negeri 1 Gianyar sebagai guru, kemampuan menulis I Nyoman Manda semakin berkembang. Saat itu ia diminta untuk menulis naskah drama untuk dipentaskan dalam rangka ulang tahun SMA Negeri 1 Gianyar. I Nyoman Manda mulai pula menulis cerpen berbahasa Indonesia pada berbagai majalah ataupun surat kabar seperti Simponi, Bali Post, Harian Nusa Tenggara, Media Muda Balai Pustaka. Di samping itu ia aktif juga menulis artikel tentang budaya dalam Mingguan Merdeka Zaman, Suluh Marhaen, dan Suara Karya. Kegiatan I Nyoman Manda dalam dunia sastra tidak berhenti sampai di sana. Pada tahun 1973 I Nyoman Manda menerbitkan sebuah buku yang berisi kumpulan puisi berbahasa Bali yang berjudul Ganda Sari. I Nyoman Manda menulis buku Ganda Sari bersama sahabatnya Made Sanggra (Almarhum). Made Sanggra (Almarhum) banyak memberi tuntunan kepada I Nyoman Manda dalam menulis. Ketika itu I Nyoman Manda masih menjabat sebagai anggota DPRD Tk.II Gianyar. Dalam karyanya tersebut I Nyoman Manda banyak mengangkat tema tentang adat istiadat, pendidikan serta budaya lokal. Di samping bersahabat dengan sastrawan Bali, I Nyoman Manda bersahabat juga dengan Sultan Takdir Alisyahbana yang tiada lain merupakan salah satu sastrawan ternama di Indonesia. Persahabatan ini membawa I Nyoman Manda untuk menjalin kerjasama dengan Sultan Takdir Alisyahbana. Kerjasama ini berlangsung selama 10 tahun. I Nyoman Manda sering pula mengadakan pementasan seni di Balai Seni Toya Bungkah Danau Batur milik Sultan Takdir Alisyahbana. Pada tahun 1974 dengan berdirinya TVRI menjadi suatu wadah bagi I Nyoman Manda untuk mementaskan karya-karyanya bersama sanggar Purnama dan Sanggar Malini yang diasuhnya. Seringkali I Nyoman Manda mementaskan dramanya serta apresiasi puisi di TVRI.
Setiap inspirasi yang muncul dalam penulisan karyanya selalu didasarkan pada fenomena sosial yang sedang terjadi di lingkungan masyarakat sekitarnya. Setiap inspirasi tersebut pasti selalu dituangkan dalam bentuk tulisan baik cerpen, novel, esai ataupun puisi. Terkadang inspirasi bisa datang kapan saja karena itu I Nyoman Manda membawa laptop ke kamar tidurnya, selain komputer yang ada di ruang kerjanya. Bahkan I Nyoman Manda membawa sebuah catatan kecil kemanapun bepergian. Catatan kecil itu dapat digunakan, seandainya pada saat bepergian ia mendapatkan inspirasi ia bisa langsung menuliskannya. Bagi I Nyoman Manda sekecil apapun inspirasi yang datang sangat bermanfaat bagi karya-karyanya karena itu tidak pernah menyia-nyiakan inspirasi tersebut. I Nyoman Manda percaya bahwa setiap inspirasi dalam karya-karyanya adalah anugrah dari Ida Sang Hyang Widhi. Keyakinan itulah yang membuatnya tidak pernah berhenti berbakti dan berterimakasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Setiap bulan purnama I Nyoman Manda melakukan persembahyangan serta ngayah makakawin di pura-pura bersama kelompoknya yang diberi nama Tirthayatra. Saat melakukan persembahyangan ke pura-pura I Nyoman Manda mendapatkan inspirasi-inspirasi pula dan inspirasi tersebut dituangkan dalam tulisan. Dalam bukunya yang berjudul Tirtha Yatra ka India mengisahkan pengalamannya saat melakukan perjalanan suci ke India serta Jantra Tirtha Yatra, mengisahkan tentang perjalanannya ketika melakukan persembahyangan ke pura-pura di seluruh Bali, Nusa Penida, Jawa dan Lombok.
Tema pendidikan, adat istiadat, budaya lokal selalu menjadi pilihan utama sebagai dasar dalam berkarya. Hal ini sesuai dengan latar belakang I Nyoman Manda sebagai seorang pendidik. Cerpennya yang berjudul Guru Made mengisahkan tentang kisah hidup dan pengabdian seorang guru. Dalam cerpen ini sarat akan nilai-nilai pendidikan. Cerpen ini mengisahkan kehidupan seorang tokoh yang bernama guru made yang bekerja keras untuk menghidupi keluarganya serta menyekolahkan anak-anaknya. Ia berusaha mencari penghasilan tambahan dengan membantu istrinya berjualan di pasar setelah mengajar. Pekerjaan tambahan dijalani karena gaji sebagai seorang guru dirasakan kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Meskipun dalam keadaan yang serba kekurangan ia tetap mengabdi dan mendidik murid-muridnya untuk menjadi sukses. Pada PKB tahun 1995 cerpen ini mendapatkan juara pertama dalam lomba penulisan cerpen berbahasa bali.
I Nyoman Manda juga mengembangkan tema penulisannya kepada bidang pariwisata. I Nyoman Manda sadar perkembangan pariwisata di Bali bisa diangkat menjadi sebuah karya yang menarik. Cerpennya yang berjudul Togog dan dalam buku kumpulan cerpen Helikopter sarat akan nilai-nilai pariwisata. Bahkan cerpen Togog mendapatkan juara kedua dalam sayembara mengarang cerpen Bali yang diadakan oleh Balai Bahasa Singaraja pada tahun 1977. I Nyoman Manda juga menulis kumpulan cerpen yang mengisahkan ketika terjadi pengeboman di Kuta pada tanggal 12 Oktober 2002 yang sempat meluluhlantahkan pariwisata di Bali. Pada kumpulan cerpen ini diungkapkan kepiluan dan kesedihan ketika pengeboman itu terjadi. Kumpulan cerpen ini ditulis dalam tiga bahasa. Dalam bahasa Bali cerpen ini berjudul Laraning Carita Ring Kuta, dalam bahasa Inggris berjudul Our Sorrow in Kuta dalam bahasa Indonesia cerpen ini berjudul Duka Kita di Kuta. Terdapat 11 cerpen yang ditulis dalam kumpulan cerpen ini antara lain Sopir Taxi, Jeg Maklepet Mati, Sumpanganga Bunga Jepun Akatih, Angkot Tua, Mlali ka Kuta, Dadi Beli Sing Niman Tiang, Pupus hangus Tresnané Lanus, Ngamigmig, Relawan, wawancara dan Penjor. Penjor digunakan sebagai salah satu judul cerpen karena I Nyoman Manda melihat bagaimanapun cobaan yang dihadapi oleh umat Hindu hanya kepada Ida Sang Hyang Widhi kita selalu memohon dan berdoa agar diberikan kekuatan untuk menghadapi cobaan tersebut. Pada tahun 2008 I Nyoman Manda juga menulis sebuah novel yang berkaitan dengan peristiwa pengeboman tersebut. Novelnya yang berjudul Depang Tiang Bajang Kayang-Kayang mengungkapkan tekad masyarakat Bali untuk bangkit kembali membangun pariwisata yang tengah terpuruk.
Ide-ide tentang keagamaan yang erat dengan kehidupan umat hindu menjadi salah satu tema dalam karya-karya I Nyoman Manda. Ini dapat dilihat dalam drama Masan Cengkehe Mabunga yang mengisahkan tentang kehidupan petani cengkeh di sebuah desa di Kayuamba,Kintamani. Di dalam drama ini sangat jelas mengungkapkan tentang nilai-nilai Karmaphala merupakan pedoman umat hindu dalam menjalani kehidupan karena apapun yang diperbuat manusia di dunia pasti akan ada hasilnya. Drama ini sempat memenangkan juara pertama pada sayembara penulisan drama yang diadakan oleh Listibiya Bali pada tahun 1978. Kumpulan puisi I Nyoman Manda yang berjudul Mara-Mara juga sarat akan nilai-nilai keagamaan.
Ide-ide tentang kehidupan anak mudapun tidak ketinggalan menjadi salah satu tema yang menarik dalam karya-karya I Nyoman Manda. Tema-tema seperti kenakalan remaja, percintaan remaja, narkoba diungkapkan I Nyoman Manda untuk memberi pencerminan masyarakat tentang kehidupan remaja sejak menulis Novel Kasih Bersemi Di Danau Batur. Novel ini menceritakan kehidupan remaja secara umum. Novel ini diterbitkan pada tahun 1981 oleh Listibiya. Pada tahun 2002 I Nyoman Manda kembali menulis sebuah novel yang berjudul Manah Bungah Lenyah di Toyabungkah. Novel ini yang bertemakan kisah percintaan remaja, kemudian dilanjutkan dengan Novel Lan jani yang mengisahkan pula tentang percintaan dua insan anak muda. Novel ini telah mendapatkan juara kedua pada sayembara yang diadakan oleh Lembaga Bahasa Singaraja pada tahun 1974, tetapi baru diterbitkan ke dalam bentuk buku pada tahun 2002. Novel lainnya yang menceritakan tentang kehidupan remaja SMA dan kehidupan yang dipengaruhi oleh teknologi modern yakni Novel Nembangang Sayang yang diterbitkan pada tahun 2007, kemudian kisah dalam Novel Nembangang Sayang dilanjutkan dalam Novel Ngabih Kasih di Pasisi Lebih yang diterbitkan pada tahun 2008.
Ketika terjadi masa transisi pemerintahan di Indonesia dari masa orde baru ke masa reformasi, I Nyoman Manda juga turut mengembangkan karya-karyanya kepada tema-tema yang berbau kritik sosial serta protes terhadap gejolak yang terjadi pada masyarakat saat itu. Kumpulan puisinya yang berjudul Suung Luung yang diterbitkan tahun 2003 mengisahkan gejolak kehidupan masyarakat Indonesia ketika memasuki masa pemerintahan reformasi. Dalam kumpulan drama yang berjudul Demo I Nyoman Manda banyak memberi kritikan kepada pemerintahan di Indonesia saat itu utamanya yang disoroti yakni terjadinya KKN dalam pemerintahan yang berakibat kepada penderitaan rakyat.
Melihat perjalanan sejarah Bali yang sarat akan perjuangan dan jiwa kepahlawanan, I Nyoman Manda pun merasa tertarik untuk mengangkat tema tersebut ke dalam karya-karyanya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa karyanya yang bertemakan sejarah, perjuangan serta kisah kepahlawanan. Novel Bungan Gadung Ulung Abancang ialah novel yang sarat akan nilai-nilai sejarah. Novel yang terdiri dari tiga buah novel berseri ini bersumber pada Babad Pulasari. Novel lainnya yang mengandung nilai sejarah yakni Novel Gending Pengalu. Novel ini diterbitkan pada April 2007 bertepatan dengan Ulang Tahun kota Gianyar. Dalam kumpulan puisinya yang berjudul Puputan badung mengisahkan tentang perjuangan Raja Badung dan rakyatnya untuk mempertahankan daerah Badung dari gempuran penjajah. Karya I Nyoman Manda yang bertemakan tentang kepahlawanan tercermin dalam cerpennya yang berjudul Angin  Ngesir Di Batan Bingine.
Dalam perjalanan penulisannya, I Nyoman Manda juga menerjemahkan beberapa karya-karya sastrawan Indonesia ke dalam bahasa Bali. Beberapa buku yang diterjemahkan oleh I Nyoman Manda antara lain Sukreni Gadis Bali karya A. A. Panji Tisna, Novel Di Bawah Lindungan Kaabah karya Hamka, kumpulan cerpen Bawuk yaitu kumpulan cerpen pilihan dalam majalah Horison, Kumpulan puisi yang berjudul Tirani dan Benteng karya Taufik Ismail, kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar, serta cerpen Di Tengah Keluarga karya Ajip Rosidi. Layar Terkembang karangan Sutan Takdir Alisyahbana,
Penerjemahan karya-karya sastrawan Indonesia ini dimanfaatkan I Nyoman Manda sebagai wahana untuk memperkaya khasanah kesusastraan Bali serta sebagai proses pematangan dirinya dalam berkarya. Di samping menulis karya sastra serta karya terjemahan I Nyoman Manda menyempatkan diri untuk menulis biografi tentang dirinya. Biografi tersebut ia beri judul Geliat Sastra Nyoman Manda. Dalam biografi tersebut berisi tentang riwayat kepengarangan I Nyoman Manda, karya-karya yang telah ditulisnya serta beberapa penghargaan yang diperoleh selama menggeluti dunia sastra. Selain menulis tentang dirinya I Nyoman Manda sempat pula menulis sebuah biografi seorang pengusaha perbankan dari Tabanan yang menjadi sponsor I Nyoman Manda sendiri.
Karya-karya yang telah ditulis oleh I Nyoman Manda membuatnya menjadi salah satu sastrawan yang ternama di Bali. Beberapa karyanya meraih kemenangan dalam sayembara-sayembara yang diikuti antara lain sebagai pemenang utama dalam sayembara penulisan naskah drama berbahasa Bali pada tahun 1978 disusul sebagai juara harapan dalam sayembara penulisan naskah drama modern berbahasa Bali yang dilaksanakan pada tahun 1981, sebagai pemenang harapan pula dalam sayembara penulisan naskah drama berbahasa Indonesia pada tahun 1991. Pada PKB 1995 I Nyoman Manda meraih pemenang utama penulisan cerpen berbahasa Bali. Beberapa penghargaan juga diperoleh I Nyoman Manda atas pengabdiannya dalam bidang pendidikan serta tekad kerasnya untuk membina dan mengembangkan kesusastraan Bali antara lain penghargaan sebagai guru teladan pada tahun 1984, penghargaan Wijaya Kusuma yang diberikan pada tahun 1994 dari Pemerintah Tingkat II Kabupaten Gianyar atas pengabdian I Nyoman Manda membina dan mengembangkan sastra daerah. Pada tahun 1999 dua penghargaan diraihnya yakni penghargaan Sastra Rancage serta penghargaan dari Yayasan Saba sastra Bali. Dua penghargaan ini diberikan penghargaan atas usaha dan dedikasi I Nyoman Manda untuk membina dan memajukan sastra Bali Anyar. Pada tahun 2003 Penghargaan sastra Rancage kembali diraihnya atas karya novelnya yang berjudul Bungan Gadung Ulung Abancang yang dibuat dalam tiga novel bersambung. Beberapa tahun kemudian tepatnya tahun 2008 penghargaan sastra Rancage kembali diraih I Nyoman Manda atas novelnya yang berjudul Depang Tiang Bajang Kayang-Kayang.
Masa pensiun I Nyoman Manda tetap dijalani dengan mengabdikan diri kepada dunia sastra. bahkan kini waktu yang dimilikinya untuk berkarya lebih banyak. Setiap tahunnya rata-rata I Nyoman Manda bisa menerbitkan 2 sampai dengan 5 buku berupa kumpulan cerpen, kumpulan puisi, novel, esai maupun drama. Hal terpenting saat ini yang ingin dicapai I Nyoman Manda yakni berusaha untuk mengembangkan dan memajukan Sastra Bali. I Nyoman Manda tidak pernah berpikir untuk mendapatkan keuntungan yang besar dari karya-karya yang ditulisnya. Keutamaan baginya dalam berkarya yakni kesungguhan dalam menghasilkan karya tersebut sehingga dapat menjadi tolok ukur bagi kemajuan Sastra Bali. Satu harapan yang terbesit di hati I Nyoman Manda semoga karya-karyanya dapat mendorong kemunculan sastrawan-sastrawan muda yang nantinya dapat membawa pembaharuan untuk Sastra Bali Modern.

2.3  Proses Kelahiran Novel I Kentung Uling Lodtungkang
Beberapa karya I Nyoman Manda lahir dari pengalaman hidupnya yang berkesan. Novel IKUL merupakan salah satu novel yang tercipta dari pengalaman masa anak-anak I Nyoman Manda. Novel IKUL lahir berawal dari ide I Nyoman Manda untuk menuliskan riwayat hidup masa kecilnya dan kenangannya saat hidup di banjar Pasdalem Gianyar (dalam Novel IKUL disebutkan desa Lodtungkang). Novel ini menceritakan kehidupan anak-anak Bali tradisional yang hidup pada tahun 1948, ketika itu I Nyoman Manda masih duduk di bangku kelas empat sekolah dasar. Kegiatan-kegiatan I Nyoman Manda semasa anak-anak yang paling berkesan menjadi bagian cerita dalam novel ini seperti kehidupannya ketika di sawah, menggembala itik, menyabit rumput untuk makanan binatang ternak, mencari mangga bersama teman-temannya.
Dalam Novel IKUL sangat kental akan suasana kehidupan petani zaman dahulu dengan peralatan yang masih kuno serta kehidupan keseharian yang sederhana. Pertanian menjadi penopang utama kehidupan masyarakat masa itu. Di samping beternak yang dipakai sebagai penghasilan sampingan. Adat dan kebiasaan masyarakat Bali pada masa itu juga menjadi salah satu bagian yang menarik dalam Novel IKUL seperti kesibukan masyarakat menyambut hari raya galungan dan suasana sukacita ketika hari raya galungan tiba. Kisah Novel IKUL juga menggambarkan kehidupan masyarakat Bali yang sejak dahulu mengasihi sesama mahluk ciptaan Tuhan, Hal ini tersirat ketika adanya peringatan hari raya tumpek uye (hari baik untuk mengupacarai hewan ternak). Kehidupan masyarakat Bali tradisional ini juga menjadi inspirasi I Nyoman manda dalam menulis kumpulan puisi yang berjudul Tiang.
I Nyoman Manda menyadari di tengah arus globalisasi yang gencar banyak pengaruh buruk yang diberikan, terutama pada anak-anak. Suatu harapan I Nyoman Manda dari lahirnya Novel IKUL ditengah masa modern yakni agar anak-anak bali tidak lupa akan kultur Balinya seperti permainan rakyat, sikap sopan dan berbudi pekerti yang mencerminkan orang Bali, menuruti dan membantu orang tua, serta bersikap selalu didasari atas ajaran agama.

2.4  Karya-karya Pengarang
I Nyoman Manda merupakan salah satu sastrawan Bali yang produktif. Telah banyak karya sastra Bali modern yang dihasilkan baik yang menggunakan bahasa Bali maupun bahasa Indonesia. Beberapa karyanya banyak memperoleh penghargaan dalam sayembara-sayembara maupun dalam berbagai perlombaan. Adapun hasil-hasil karya yang diciptakan I Nyoman Manda antara lain :
a.       Karya Sastra Novel
-          Novel Kasih Bersemi di Danau Batur yang diterbitkan oleh Pemerintah Dati I Bali (1981).
-          Sayong, novel berbahasa Bali (1999).
-          Novel Kenang Indah di Toya Bungkah, novel berbahasa Indonesia (2002).
-          Novel Manah Bungah di Toya Bungkah, novel berbahasa Bali (2006).
-          Novel Bunga Gadung Ulung Abancang I, II, dan III, novel berbahasa Bali yang memperoleh penghargaan Sastra Rancage (2001).
-          Novel I Kentung Uling Lodtungkang, merupakan novel anak-anak berbahasa Bali (2002).
-          Novelet Gending Pengalu, merupakan novel berbahasa Indonesia yang diterbitkan serangkaian HUT kota Gianyar (2007).
-          Novel Nembangang Sayang, novel berbahasa Bali (2007).
-          Novel Depang Tiang Bajang Kayang-kayang, novel ini mendapatkan penghargaan Sastra Rancage sekaligus sebagai penghargaan ketiga bagi Nyoman Manda (2007).
-          Novel Ngabih Kasih ring Pasisi Lebih, novel berbahasa Bali (2008).
-          Novel Sawang-sawang Gamang, novel berbahasa Bali (2008).
b.      Karya Sastra Drama
-          Drama Brantakan, pem,enang sayembara yang diadakan oleh BKKBK (1978).
-          Drama Masan Cengkehe Nedeng Mabunga, pemenang sayembara yang diadakan Listibiya Bali (1978).
-          Drama Kuuk (1978)
-          Lelakut, kumpulan drama anak-anak (1999).
-          Dukana Pujangga, merupakan drama berbahasa Indonesia (2002).
-          Saat Terakhir, drama berbahasa Indonesia (2002).
-          Demo, kumpulan drama pendek dwi bahasa (2003).
-          Sepasrah Kisah di Goa Gajah, drama berbahasa Indonesia (2004)
-          Kirana, drama anak-anak (2005).
-          Dewi Sakuntala, drama berbahasa Bali.
-          Nembang Girang di Bukit Gersang, drama berbahasa Bali (2008).
c.       Karya Sastra Cerpen
-          Cerpen Togog, cerpen berbahasa Bali pemenang kedua dalam sayembara yang diadakan oleh Lembaga Bahasa Singaraja (1977).
-          Cerpen Hilang, merupakan kumpulan cerpen berbahasa Bali yang berisi 5 buah cerpen, yaitu Hilang, Motor Pit, Sabuk Poleng, Limang Ringgit, dan Saksi (2001).
-          Tali Rapiah, kumpulan cerpen berbahasa Bali yang berisi 14 cerpen, yaitu Uyut, Gelem, Brigjen Made, Tengilin Duen, Kadutan Emas, Alih Ulih Aluh, Nyama Kelihan, Tanah, Surudan, Tresna Hilang, Luas ka Alas Wayah, Elas Li, Pil Suargan, dan Tali Rapiah (2002).
-          I Kentung Uling Lodtungkang, kumpulan cerita anak-anak (2002).
-          Memedi, kumpulan cerpen anak-anak berbahasa Indonesia yang berisi 10 buah cerpen, antara lain I Kentung Naik Kelas, Digigit Ular, Perang Gundu, Terpaksa, Sekuntum Anggrek Bulan untuk Ibu Guru, Mengecoh, Barong Galak, Lelakut, I Kentung Menabung, dan Ketika Rembulan Bersimbah Hujan (2004).
-          Helikopter, kumpulan cerpen berbahasa Bali yang berisi 3 buah cerpen, antara lain Helokopter, Guru Made, dan Angin Ngesir di Batan Bingine (2004).
-          Alikan Gumi, merupakan kumpulan cerpen berbahasa Bali (2004).
-          Kenangan Indah di Toyabungkah, kumpulan cerpen berbahasa Bali yang dimuat dalam majalah Teruna Bali Pustaka Jakarta. Kumpulan cerpen ini berisi 7 buah cerpen yaitu Gusti Ayu Anjang Sari, Pupus Kasih di Bara Api, Kenangan Indah di Toyabungkah, Salah Masuk, Di Bawah Pohon Bambu, Semua Berlalu, dan Saat-saat Terakhir (2004).
-          Laraning Carita ring Kuta, merupakan kumpulan cerpen yang memiliki versi dalam bahasa Indonesia (Duka Kita di Kuta) dan Bahasa Inggris (Our Sorrow in Kuta). Kumpulan cerpen ini berisi 11 cerpen, antara lain Sopir Taxi, Jeg Maklepet Mati, Sumpanganga Bunga Jepun Akatih, Angkot Tua, Mlali ka Kuta, Dadi Beli Sing Niman Tiang, Pupus Hangus Tresnane Lanus, Ngamigmig, Relawan, Wawancara dan Penjor (2002).
-          Pongah, kumpulan cerpen berbahasa Bali (2005).
-          Sepeda Baru, kumpulan cerpen anak-anak berbahasa Indonesia (2005).
-          Sang Nandaka, kumpulan cerpen tentang cerita Tantri (2007).

d.      Kumpulan Puisi
-          Ganda Sari, kumpulan puisi Bali Modern bersama almarhum Made Sanggra (1973).
-          Joged Bumbung, kumpulan puisi Bali Modern (1975).
-          Pantai, puisi pemenang harapan pada sayembara yang diadakan BBC London (1978).
-          Mara-mara, kumpulan puisi Bali Modern (1994).
-          Tiang, kumpulan puisi Bali Modern (1995).
-          Kalangen ring Batur, kumpulan puisi Bali Modern.
-          SAB (Singgah di Bencingah Wayah), kumpulan puisi Bali Modern (2000).
-          Puputan Badung, kumpulan puisi Bali Modern (2000).
-          Niti Titi Puttaparthi, kumpulan puisi Bali Modern (2000).
-          Suung Luung, kumpulan puisi Bali Modern (2003).
-          Tiang, kumpulan puisi Bali Modern (2004).
-          Yen, kumpulan puisi Bali Modern (2004).
-          Nyongkok di Bucu, kumpulan puisi Bali Modern (2006).
-          Kuuk, kumpulan puisi Bali Modern (2006).
-          Kabar-kabar Surat Kabar, kumpulan puisi Bali Modern (2006).
-          Swara Cakra Kurushetra, kumpulan puisi Bali Modern (2006).
-          Puisi dalam majalah Canang Sari No. 24 antara lain Topeng Keras, Ada Sinar Galang, Setata Megonjakan ring Angin, Ampurayang Titiang dan Manahe Mabesikan (2006).
-          Gerip Maurip Gridip Makedip, kumpulan puisi Bali Modern yang saat ini masih dalam proses penyelesaian.
-          Ngintip, kumpulan puisi terjemahan yang saat ini masih dalam proses penyelesaian.
e.       Karya Sastra Terjemahan ke Dalam bahasa Bali
-          Di Tengah Keluarga, cerpen karya Ajip Rosidi (1999).
-          Sukreni Gadis Bali, novel karya A.A. Pandji Tisna (1999).
-          Deru Campur Debu, kumpulan puisi karya Chairil Anwar (2000).
-          Bawuk, kumpulan cerpen pilihan dalam majalah Horison (2002).
-          Kuli Kontrak, kumpulan cerpen karya Mochtar Lubis (2002).
-          Jalur-jalur Membenam, kumpulan cerpen karya Wildam Yatim (2002).
-          Gauhati, cerpen karya Budi darma (2002).
-          Tirani dan Benteng, kumpulan puisi karya Taufik Ismail (2002).
-          Di Bawah Lindungan Ka’bah, novel karya Hamka (2004).
f.       Beberapa Karya Lainnya
-          Jantraning Tirta Yatra, catatan saat melakukan Tirta Yatra (1998).
-          Padi Buung, kumpulan fragmen drama untuk pertunjukan TV (2000).
-          Jantra Tirta Yatra, catatan perjalanan saat melakukan Tirta Yatra (2002).
-          Perani Kanti, buku tentang proses dedikasi sastrawan Bali (2002).
-          Tirta Yatra ka India, catatan perjalanan Tirta Yatra ke India (2005).
-          Riwayat Geliat sastra Nyoman Manda, perjalanan kepangarangan I Nyoman Manda (2005).
-          Mengenang Bayang-bayang Ilalang, sebuah buku biografi seorang perbankan dari Ubung, Penebel Tabanan (2006).
-          Ngonang, kumpulan catatan kecil (2006).
-          Basa lan Sastra Bali, Kisah-kisah Jumah, kumpulan esay tentang keberadaan bahasa dan sastra Bali (2006).
-          Majalah Canang Sari.
-          Majalah Satua.










Kumpulan puisi tahun 2009,
karya Nyoman Manda
Foto0098Kumpulan puisi tiga jilid berjudul ,,Grip Maurip ngintip Ngridip” yang artinya setiap hasil karya itu ingin mengungkapkan semua kehidupan yang berarti walaupun kadang-kadang lambat jalannya
Inspirasi saya menamakan kumpulan puisi ini pertama sarana seorang yang belajar menulis adalah gerip adalah alat tulis dari karas/batu tulis sarana kitab jaman Jepang,Belanda dan era tahun empat puluhan, dimana buku tulis sulit di dapat, dari alat ini tumbuhlan tulisan yang berarti dan bermakna (maurip) karena keinginan melihat apa saja yang bisa ditulis(ngintip) walaupun lambat jalannya (ngridip) tapi berusaha menimbulakn suatu yang berarti.
                  Boleh dikatakan selama setahun siang malam saya menulis puisi menunggu ilham datang dan pada jilid III(3) saya mengumpulkan terjemahan pengarang-pengarang Indonesia dani Jaman Balai Pustaka sampai Horison terbaru dan pengarang-pengarang dari seluruh dunia sesuai kemampuan arsip yang saya miliki kebanyakan Majalah Horison dari tahun delapan puluhan dan akhir tahun saya meras a lega karena sudah memiliki kumpulan puisi 3 yang komposisinya tebalnya seperti dibawah ini

Jilid satu setebal 1206 halaman  berisi kumpulan puisi sebanyak 1206 puisi.Puisi yang menceritrakan kadaan seluruh aspek kehidupan

Jilid dua puisi-puisi pendek dari halaman 1207-2434,berisi puisi-puisi pendek yang bersuara kritis tentang semua masalah sosial budaya dalam kehidupan manusia

Jilid tiga
Puisi terjemahan pengarang-pengarang dari seluruh dunia yang tebalnya dai 2437-3640
                 
Proses penulisan puisi ini berlangsung selama setahun penuh pada tahun 2009 dan diterbitkan tahun 2010.








Judul buku  : Depang tiang bajang        kayang-kayang
Tebal                : 100 halaman
Pengarang        : Nyoman Manda
Persembahan  :  Pondok Tebawutu
                            Br Teges Gianyar
Tahun               :  Oktober 2007



Buku ini merupakan hasil karya Nyoman Manda yang ke 56. Novel setebal 100 halaman ini bertemakan ketulusan cinta seorang gadis Bali (Nyoman Sari- seorang pedagang barang seni) ) dengan seorang reporter muda Australia (John Pike).
            Percintaan ini berawal ketika John yang ditugaskan oleh majalahnya di Melbourne untuk menulis tentang budaya Bali. Kemudian ia bertemu dengan seorang gadis Bali di Monkey Forest Ubud Bali yang menolongnya mencarikan rumah kost selama beberapa bulan di banjar Kalah Ubud. Nyoman Sari sangat membantu John dalam penulisan budaya dan kehidupan orang Bali sehingga akhirnya antara keduanya  bersemi cinta yang mendalam.
            Buku ini banyak mengisahkan tentang budaya Bali menggunakan  tiga bahasa,  Bali, Indonesia dan Inggris karena kenyataannya kesehariannya John menemukan ketiga bahasa pengantar ini yang dipandu denga bersungguh-sungguh oleh Nyoman Sari. Mereka merencanakan akan menikah karena Nyoman Sari sering diganggu oleh I Sobler pemuda brandal dari desanya.
            Namun kisah ini berkahir lain karena bulan Oktober John kedatangan teman dari Australia dan pada tanggal 12 Oktober mereka menginap sehari di Kuta dan malam harinya  terjadi musibah bom Kuta di restoran Sari dan Pady yang menewaskan banyak turis  diantaranya John Pike dan temannya.
            Nyoman Sari yang menunggu John keesokan  harinya karena ia berjanji dengan teman John makan malam di rumahnya . Nyoman Sari  melihat tayangan TV yang menceritrakan banyak turis yang meninggal, Nyoman men ilpun kekasihnya namun tak pernah diangkat yang akhirnya diketahui meninggal dalam perisatiwa bom itu.
            Gadis itu sangat sayang pada kekasihnya dan bersumpah disaat upacara di Kuta ia tak akan kawin selamanya ( Depang tiang bajang kayang-kayang.—Biarkan saya sendiri selamanya).
            Novel ini mengantarkan Nyoman Manda mendapat Hadiah Sastra Rancage untuk ketiga kalinya. Beberapa koran lokal dan nasional menulis tentang ini sebagai berikut
 Dua Sastrawan Bali Raih Penghargaan
Rabu, 06 Februari 2008 11:29.42 WIB Harry - Wisatanet.com  
Dua sastrawan Bali masing-masing Drs I Nyoman Manda dan I Made Suatjana, berhasil meraih penghargaan Sastra Rancage 2007 yang akan diserahkan di Bandung, Jawa Barat, akhir April mendatang.

"Sesuai surat ketua Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Rancage, saya akan memperoleh penghargaan atas karya novel berjudul "Depang Tiang Bajang Kayang-Kayang" (biarkan saya sendiri selamanya)," kata Nyoman Manda ketika dihubungi ANTARA News di Gianyar, Bali, Minggu.

Sedangkan I Made Suatjana bakal memperoleh penghargaan serupa atas jasanya dalam pembinaan bahasa daerah Bali.

Pria asal Tabanan itu dinilai berjasa dalam menciptakan Bali Simbar, program aksara yang diaplikasikan dalam program komputer untuk mengetik huruf Bali.

Kedua seniman Bali itu selain mendapat penghargaan Sastra Rancage yang akan diserahkan di Bandung, masing-masing juga bakal mendapatkan hadiah uang sebesar Rp5 juta.

Manda yang dikenal sebagai penyair, cerpenis dan pensiuan guru menjelaskan, penghargaan Sastra Rancage yang akan diterimanya kali ini merupakan yang ketiga.

Sebelumnya tahun 1998 menerima penghargaan sebagai pembina Bahasa Daerah Bali, tahun 2003 atas karya novel berjudul "Bungan Gadung Ulung Apancang" dan yang ketiga ini juga atas karya novel.

Karya novel dengan bahasa daerah Bali yang berhasil menyabet penghargaan Sastra Rancage 2007 mengisahkan percintaan antara seorang gadis Bali dengan seorang wartawan Australia.

Percintaan mereka berjalan mulus, tidak terhalang perbedaan budaya. Namun akhirnya kandas di tengah jalan, akibat pria asal Negeri Kangguru tersebut tewas dalam tragedi bom Bali 2002.

Begitu cintanya pada pria pujaannya tersebut, gadis Bali itu tidak akan mencari pacar lagi dan berjanji untuk hidup sendirian selamanya.

Lewat novel tersebut, suami dari Ni Made Seruti (64) itu melukiskan keluhuran dan daya pikat kebudayaan Bali.

Menurut pembantu juri untuk penilaian sastra Bali Dr I Nyoman Darma Putra, novel karya Nyoman Manda menunjukkan fenomena yang heteroglosia karena menggunakan lebih dari satu bahasa, yakni bahasa daerah Bali, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

"Heteroglosia digunakan untuk menghidupkan dialog antara tokoh Bali dan Australia," ujar Darma Putra yang juga dosen Fakultas Sastra Universitas Udayana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar